Sunday 13 December 2015

Obral-obrol : Aloy(sius) VS TOP

Obral-obrol  Aloy(sius) VS  TOP

16/09/2015, 11:36
“Tuh, ‘aloy’!”
“Hahaha.... itu mah beda kebiasaan.”
“Gua sih anak TOP. (smile)”

Telah beberapa hari ini para TOP-ers saling silang dengan Aloy-ers. Penamaan siswa-siswi yang bersekolah di St. Aloysius dipergunjingkan, kalau nggak bisa disebut diperdebatkan. Sebagian bangga dengan atribut sebagai anak TOP, yang lain merasa lebih nyaman sebagai anak Aloysius dan tak keberatan dipanggil anak Aloy.   
16/09/2015, 11:44
“Teman SMP and SD gua , sebagian sebut TOP sebagian Aloy....tergantung lingkungan kayanya.
Teman SD rata-rata BPK, kalau disebut SMAK langsung kepikir SMAK BPK.
Teman SMP rata-rata ke Yahya atau SMAK Dago.....kalau disebut SMAK langsung kepikirnya SMAK Dago.
 Sedangkan gua selalu disebut TOP atau Aloysius.
Anak gua sendiri lebih sering bilang Aloy, soalnya teman-temannya juga sebut Aloy.”

Argumen berbeda sah-sah saja, kan? Dari yang serius sampai yang nyeleneh.
16/09/2015, 11:59
”Kalo aloy dikonotasikan Alloy =logam= metal.....cocok buat angkatan 70an. Kalo ke angkatan 2000an....kayanya gak cocok.”
“Anak sekarang lebih suka cowok "korea".....macho tapi cantik…”

                Apalah arti sebuah nama? Bagi sebagian orang nama itu berarti segalanya. Bukan sekedar menunjukkan eksistensi. Lebih dari itu, memuat harga diri dan prinsip bahwa apa yang pernah diyakini baik akan tetap baik adanya. Bagi mereka, nama Aloy adalah cap mati yang pantang dipakai. 
30/09/2015, 15:44
“Kalau Aloy tidak ada dasar teknis maupun historisnya. Yang terjadi malah pelecehan dari nama sekolah dan pendiri. Sayang.”

Tapi ada juga yang menganggap bahwa panggilan yang lebih singkat, lebih modern, lebih praktis, tak berkaitan dengan bagaimana seseorang memaknai almamaternya.
30/09/2015 , 15:51
“Kalau dipadankan, sebutannya Aloy itu seperti orang menyebut-nyebut Mc.D utk Mc.Donald. Tapi memang bedanya yang satu orang suci, yang lain perusahaan.”
“Atau  contoh lain, teman yg kebetulan punya nama Aloysius ....., barangkali oleh teman-temannya juga akan dipanggil Aloy.”
“Aloy: singkatan saja dari Aloysius, tanpa tendensi apa-apa.”

Pembicaraan berkembang. Tak cukup sekedar isu di kalangan alumni, ada pemikiran juga untuk mematenkan sebutan TOP di antara para guru, karyawan, anggota yayasan, bahkan orang tua murid.
30/09/2015, 16:04 –
Itu dia. Sudah didiskusikan dengan kepala sekolah agar  mau menindaklanjuti kata TOP dgn membiasakannya  di sekolah.
“Problemnya adalah tulisan Taruna Ogha Praviitti hanya ada di kaos olahraga murid. Sedangkan badge di baju seragam, bahkan iklan di media cetak dan elektronik, yang digunakan adalah St. Aloysius.”

Saat argumen kian deras, beberapa alumni yang lebih bijak berusaha memasukkan pandangan sejarah mereka. Arsip lama dibongkar. Memori diutak-atik demi kepuasan atas sebuah pertanyaan : TOP ataukah Aloy(sius)
30/09/2015, 16:15
“Dari kacamata "TUA" kami, istilah TOP pada jaman itu analogis dengan istilah mobil CIVIC, LIVINA, LAND CRUISER, NEW EYES. Orang tidak menyebut Honda-nya, Nissan-nya, Toyota-nya atau Mercedes-nya tapi langsung ke nama produknya. Waktu itu TOP yang dipakai sebagai product name atau product brand, sedang Aloysius-nya tidak terlalu banyak dipakai. Jadi ini lebih ke masalah branding strategy daripada legal aspect. Kalau TOP lebih punya market positioning karena historical background and image, barangkali TOP lebih memotivasi dan saleability-nya lebih tinggi. Selama dari nama TOP tidak ditemukan negative impact tentunya.”
30/09/2015, 16:16
“Sepertinya nama resmi sekolah kita sekarang memang St. Aloysius. Jadi untuk Kop Surat dan lain-lain menggunakan St. Aloysius. Nama TOP hanya sebagai slogan. Nggak tau kalo dulu-dulu, ya..”  
30/09/2015, 16:21 -
“Harus dibedakan antara TOP dan St Aloysius. TOP adalah nama organisasi siswa yang diambil dari singkatan motto-nya. Kalau St Aloysius adalah nama sekolahnya .”
30/09/2015, 16:25 -
“Common denominators-nya adalah :  1. Murid sekolah St Aloysius dan siswa anggota TOP adalah sama. 2 Jalan Sultan Agung identik dengan dua-duanya :  St Aloysius maupun TOP.”
30/09/2015, 16:43 –
Kalau TOP sejak awal juga tidak pernah ada eksistensi legalnya; selalu menempel dengan St Aloysius Bandung. Jadi TOP adalah kenyataan yang tidak punya status hukum.”

            Perbincangan terus berkembang. Dari sejarah menjadi rencana aksi.
30/09/2015, 17:00  
“Apakah ada kesulitan melegalkan TOP? Sepertinya cukup ke notaris dibuatkan pernyataan bahwa TOP dipakai sebagai sebutan atau nama lain atau nama huruf pada logo dengan kepanjangan Taruna Ogha Pravittri. Notaris pasti ada jalan keluarnya. Lalu yayasan membuat surat instruksi ke semua sekolah di bawah naungannya untuk mencantumkan TOP dengan format standar yang di-design khusus.
30/09/2015, 17:08
“Selama ini tdk ada larangan penggunaan TOP. Lalu apakah penggunaan Aloysius atau Aloy perlu dilarang?

        Ada juga yang berusaha menanggapi dengan bijakana.
30/09/2015, 17:18
“Mengubah kebiasaan memang bukan perkara mudah. Menerima perbedaan, perlu kearifan tersendiri juga. Biasanya sang waktu yg bisa membantu membereskan kedua hal di atas.”
30/09/2015, 17:18
“Sebaiknya segala sesuatunya dilihat berdasarkan konteks waktu dan tempat ketika itu terjadi. Masa TOP, masa Aloysius, masa Aloy, masa alay. Jangan memaksakan satu pada yang lainnya. Dorong semangat inklusivitas, semua satu naungan, more actions.”
30/09/2015, 17:20
“Saya masuk sebagai anak TOP (karena masa itu terkenalnya TOP), tapi lulus sebagai anak Aloysius atau Aloy”
30/09/2015, 17:21
“Dua-duanya ada di dalam diri saya, tidak serta merta menghapus satu dengan yang lain.”
30/09/2015, 17:24
“Sekarang tahun 2015. Angkatan 65-85 ingin merubah ke TOP. Oke kita rubah. Nanti 20 tahun lagi angkatan 86-2015 protes lagi, ingin merubah balik ke Aloysius karena mereka merasa hidup sbg Aloy. Make sense?”
30/09/2015, 17:24
“Yang harus ditanamkan adalah semangat TOP. Regardless of what the name shall be”
30/09/2015, 17:25
“Bahwa kita semua anak TOP. Anak Aloysius juga merasa sebagai anak TOP.”
30/09/2015, 17:46
“And one generation cannot judge the others to be "less" TOP than the other.”
30/09/2015, 18:44
“Angkatan tertua yang dikenal TOP 53. Sampai dengan TOP 95 artinya 42 angkatan. Angkatan 96 s.d. 2015 =  20 angkatan. Jika diambil angkatan 63 ke 95 aja udah 32 angkatan. Apakah tidak sebaiknya kita menghentikan polemik alasan penggunaan TOP atau Aloy? Dua kutub pendapat yang nggak akan pernah ada solusi karena ini masalah kebiasaan atau selera? Saya juga termasuk Pro TOP dan anti Aloy,  debat dengan anak saya yang Pro Aloy dan tidak familiar dengan TOP. Pikir-pikir betul bahwa semua alasan adalah soal "selera"..... bukan soal "logis"

                Mendekati akhir keputusan, pola pendekatan pun dirubah. Bukan sekedar argument tanpa hasil, tapi beban memutuskan ada pada ide demokrasi. Tepatnya, pemilihan suara yang menjadi andalannya.
“Para alumni di IATOP sepakat menggunakan istilah TOP. 42 vs 20 angkatan. Jadi yang Pro Aloy " terpaksa" ikut arus pro TOP. Jadi kita nggak perlu lagi berargumen . Debat selera, debat kebiasaan. Mulailah dengan pendekatan mayoritas TOP mengajak minoritas Aloy untuk ikut arus mayoritas.”
30/09/2015, 18:51
“Exactly!”

Pendapat lain dikemukakan. Kali ini, bukannya dititikberatkan pada proses pengambilan keputusan. Tapi inti dan maksud utama terbetuknya IATOP yang mengemuka. 
30/09/2015, 18:55
“Sori, kalo boleh berpendapat. Sampai  2015 TOP masih dijadikan yel-yel kebanggaan, kok.. Sebenernya mau top ato aloy itu ga masalah yang penting rasa persatuan kita sebagai satu almamater hehe
30/09/2015, 19:14
“Betul! Nama sekolah Santo Aloysius itu nggak akan pernah berubah. Slogan TOP itu selama tertera di logonya pun jg sama. Itu sudah merupakan satu kesatuan Brand. Yang penting kita lulusannya di tempat yang sama.”

       Begitulah! Ruang Obral-Obrol di WA bisa demikian seru. Semua mengemukakan pendapat, yang memang nggak dilarang. Tidak ada batasan senior-junior. Boleh, kok, memberikan kontribusi pada almamater kita tercinta, asal tetap positif.  
30/09/2015, 21:35 –
“Saya bangga masih bisa kenalan dengan angkatan tua dan muda. Ada Bert Goei di US angk 58. Beliau TOP pisan. Kenal dengan Paulus dan Caroline yang angkatan 90-an. Kerja bareng dengan semangat kekeluargaan yang kuat.”
30/09/2015, 21:36
“Setuju! Kekeluargaan itu yang TOP”

      Kekeluargaan itu yang TOP. Ungkapan ini tepat untuk menggambarkan siapa kita, dan bagaimana kita bisa ada. Apakah kita angkatan 50-an hingga 2000-an, TOP-ers atau Aloysius-ers, kita semua adalah keluarga.


Disarikan kembali oleh Laurentia Mira (TOP 99)
Bandung, November 2015

No comments:

Post a Comment