Obral-obrol Aloy(sius) VS TOP
16/09/2015, 11:36
“Tuh, ‘aloy’!”
“Hahaha....
itu mah beda kebiasaan.”
“Gua sih
anak TOP. (smile)”
Telah
beberapa hari ini para TOP-ers saling silang dengan Aloy-ers. Penamaan
siswa-siswi yang bersekolah di St. Aloysius dipergunjingkan, kalau nggak bisa disebut diperdebatkan.
Sebagian bangga dengan atribut sebagai anak TOP, yang lain merasa lebih nyaman
sebagai anak Aloysius dan tak keberatan dipanggil anak Aloy.
16/09/2015, 11:44
“Teman SMP
and SD gua , sebagian sebut TOP sebagian Aloy....tergantung lingkungan kayanya.
Teman SD rata-rata BPK, kalau
disebut SMAK langsung kepikir SMAK BPK.
Teman SMP rata-rata ke Yahya atau
SMAK Dago.....kalau disebut SMAK langsung kepikirnya SMAK Dago.
Sedangkan gua selalu disebut TOP atau
Aloysius.
Anak gua sendiri lebih sering
bilang Aloy, soalnya teman-temannya juga sebut Aloy.”
16/09/2015, 11:59
”Kalo aloy dikonotasikan Alloy =logam= metal.....cocok buat angkatan
70an. Kalo ke angkatan 2000an....kayanya gak cocok.”
“Anak
sekarang lebih suka cowok "korea".....macho tapi cantik…”
Apalah
arti sebuah nama? Bagi sebagian orang nama itu berarti segalanya. Bukan sekedar
menunjukkan eksistensi. Lebih dari itu, memuat harga diri dan prinsip bahwa apa
yang pernah diyakini baik akan tetap baik adanya. Bagi mereka, nama Aloy adalah
cap mati yang pantang dipakai.
30/09/2015, 15:44
“Kalau Aloy
tidak ada dasar teknis maupun historisnya. Yang
terjadi malah pelecehan dari nama sekolah dan pendiri. Sayang.”
Tapi
ada juga yang menganggap bahwa panggilan yang lebih singkat, lebih modern,
lebih praktis, tak berkaitan dengan bagaimana seseorang memaknai almamaternya.
30/09/2015 , 15:51
“Kalau dipadankan, sebutannya
Aloy itu seperti orang menyebut-nyebut Mc.D utk Mc.Donald. Tapi memang bedanya
yang satu orang suci, yang lain perusahaan.”
“Atau contoh lain, teman yg kebetulan punya nama
Aloysius ....., barangkali oleh teman-temannya juga akan dipanggil Aloy.”
“Aloy:
singkatan saja dari Aloysius, tanpa tendensi apa-apa.”
Pembicaraan
berkembang. Tak cukup sekedar isu di kalangan alumni, ada pemikiran juga untuk
mematenkan sebutan TOP di antara para guru, karyawan, anggota yayasan, bahkan
orang tua murid.
30/09/2015, 16:04 –
“Itu dia. Sudah didiskusikan dengan kepala sekolah agar mau menindaklanjuti kata TOP dgn
membiasakannya di sekolah.
“Problemnya adalah tulisan Taruna
Ogha Praviitti hanya ada di kaos olahraga murid. Sedangkan badge di baju seragam, bahkan iklan di media cetak dan elektronik,
yang digunakan adalah St. Aloysius.”
Saat
argumen kian deras, beberapa alumni yang lebih bijak berusaha memasukkan
pandangan sejarah mereka. Arsip lama dibongkar. Memori diutak-atik demi
kepuasan atas sebuah pertanyaan : TOP ataukah Aloy(sius)
30/09/2015, 16:15
“Dari
kacamata "TUA" kami, istilah TOP pada jaman itu analogis dengan
istilah mobil CIVIC, LIVINA, LAND CRUISER, NEW EYES. Orang tidak menyebut
Honda-nya, Nissan-nya, Toyota-nya atau Mercedes-nya tapi langsung ke nama
produknya. Waktu itu TOP yang dipakai sebagai product name atau product
brand, sedang Aloysius-nya tidak terlalu banyak dipakai. Jadi ini lebih ke
masalah branding strategy daripada legal aspect. Kalau TOP lebih punya market positioning karena historical background and image,
barangkali TOP lebih memotivasi dan saleability-nya
lebih tinggi. Selama dari nama TOP tidak ditemukan negative impact tentunya.”
30/09/2015, 16:16
“Sepertinya
nama resmi sekolah kita sekarang memang St. Aloysius. Jadi untuk Kop Surat dan
lain-lain menggunakan St. Aloysius. Nama TOP hanya sebagai slogan. Nggak
tau kalo dulu-dulu, ya..”
30/09/2015, 16:21 -
“Harus
dibedakan antara TOP dan St Aloysius. TOP adalah nama organisasi siswa yang
diambil dari singkatan motto-nya. Kalau St Aloysius adalah nama sekolahnya .”
30/09/2015, 16:25 -
“Common denominators-nya adalah : 1. Murid sekolah St Aloysius dan siswa
anggota TOP adalah sama. 2 Jalan Sultan Agung identik dengan dua-duanya : St Aloysius maupun TOP.”
30/09/2015, 16:43 –
“Kalau TOP sejak awal juga tidak pernah ada eksistensi legalnya; selalu
menempel dengan St Aloysius Bandung. Jadi TOP adalah kenyataan yang tidak punya
status hukum.”
Perbincangan terus berkembang. Dari sejarah menjadi
rencana aksi.
30/09/2015, 17:00
“Apakah ada
kesulitan melegalkan TOP? Sepertinya cukup ke notaris dibuatkan pernyataan
bahwa TOP dipakai sebagai sebutan atau nama lain atau nama huruf pada logo
dengan kepanjangan Taruna Ogha Pravittri. Notaris pasti ada jalan keluarnya.
Lalu yayasan membuat surat instruksi ke semua sekolah di bawah
naungannya untuk mencantumkan TOP dengan format standar yang di-design khusus.
30/09/2015, 17:08
“Selama ini
tdk ada larangan penggunaan TOP. Lalu apakah penggunaan Aloysius atau Aloy
perlu dilarang?
Ada
juga yang berusaha menanggapi dengan bijakana.
30/09/2015, 17:18
“Mengubah kebiasaan memang bukan
perkara mudah. Menerima perbedaan, perlu kearifan tersendiri juga. Biasanya
sang waktu yg bisa membantu membereskan kedua hal di atas.”
30/09/2015, 17:18
“Sebaiknya
segala sesuatunya dilihat berdasarkan konteks waktu dan tempat ketika itu
terjadi. Masa TOP, masa Aloysius, masa Aloy, masa alay. Jangan
memaksakan satu pada yang lainnya. Dorong semangat inklusivitas, semua satu
naungan, more actions.”
30/09/2015, 17:20
“Saya masuk
sebagai anak TOP (karena masa itu terkenalnya TOP), tapi lulus sebagai anak
Aloysius atau Aloy”
30/09/2015, 17:21
“Dua-duanya
ada di dalam diri saya, tidak serta merta menghapus satu dengan yang lain.”
30/09/2015, 17:24
“Sekarang
tahun 2015. Angkatan 65-85 ingin merubah ke TOP. Oke kita rubah. Nanti
20 tahun lagi angkatan 86-2015 protes lagi, ingin merubah balik ke Aloysius
karena mereka merasa hidup sbg Aloy. Make
sense?”
30/09/2015, 17:24
“Yang harus
ditanamkan adalah semangat TOP. Regardless
of what the name shall be”
30/09/2015, 17:25
“Bahwa kita
semua anak TOP. Anak Aloysius juga merasa sebagai anak TOP.”
30/09/2015, 17:46
“And one generation cannot judge the others to be
"less" TOP than the other.”
30/09/2015, 18:44
“Angkatan tertua yang dikenal TOP
53. Sampai dengan TOP 95 artinya 42 angkatan. Angkatan 96 s.d. 2015 = 20 angkatan. Jika diambil angkatan 63 ke 95
aja udah 32 angkatan. Apakah tidak sebaiknya kita menghentikan polemik alasan
penggunaan TOP atau Aloy? Dua kutub pendapat yang nggak akan pernah ada solusi
karena ini masalah kebiasaan atau selera? Saya juga termasuk Pro TOP dan anti
Aloy, debat dengan anak saya yang Pro
Aloy dan tidak familiar dengan TOP. Pikir-pikir betul bahwa semua alasan adalah
soal "selera"..... bukan soal "logis"
Mendekati
akhir keputusan, pola pendekatan pun dirubah. Bukan sekedar argument tanpa
hasil, tapi beban memutuskan ada pada ide demokrasi. Tepatnya, pemilihan suara
yang menjadi andalannya.
“Para alumni di IATOP sepakat
menggunakan istilah TOP. 42 vs 20 angkatan. Jadi yang Pro Aloy "
terpaksa" ikut arus pro TOP. Jadi kita nggak perlu lagi berargumen . Debat
selera, debat kebiasaan. Mulailah dengan pendekatan mayoritas TOP mengajak
minoritas Aloy untuk ikut arus mayoritas.”
30/09/2015, 18:51
“Exactly!”
Pendapat
lain dikemukakan. Kali ini, bukannya dititikberatkan pada proses pengambilan
keputusan. Tapi inti dan maksud utama terbetuknya IATOP yang mengemuka.
30/09/2015, 18:55
“Sori, kalo
boleh berpendapat. Sampai 2015 TOP masih
dijadikan yel-yel kebanggaan, kok.. Sebenernya mau top ato aloy itu ga masalah
yang penting rasa persatuan kita sebagai satu almamater hehe
30/09/2015, 19:14
“Betul! Nama sekolah Santo
Aloysius itu nggak akan pernah berubah. Slogan TOP itu selama tertera di
logonya pun jg sama. Itu sudah merupakan satu kesatuan Brand. Yang penting kita
lulusannya di tempat yang sama.”
Begitulah! Ruang Obral-Obrol di
WA bisa demikian seru. Semua mengemukakan pendapat, yang memang nggak dilarang.
Tidak ada batasan senior-junior. Boleh, kok, memberikan kontribusi pada
almamater kita tercinta, asal tetap positif.
30/09/2015, 21:35 –
“Saya bangga
masih bisa kenalan dengan angkatan tua dan muda. Ada Bert Goei di US angk 58.
Beliau TOP pisan. Kenal dengan Paulus dan Caroline yang angkatan 90-an. Kerja
bareng dengan semangat kekeluargaan yang kuat.”
30/09/2015, 21:36
“Setuju!
Kekeluargaan itu yang TOP”
Kekeluargaan
itu yang TOP. Ungkapan ini tepat untuk menggambarkan siapa kita, dan bagaimana
kita bisa ada. Apakah kita angkatan 50-an hingga 2000-an, TOP-ers atau
Aloysius-ers, kita semua adalah keluarga.
Disarikan kembali oleh Laurentia Mira (TOP 99)
Bandung, November 2015
No comments:
Post a Comment